Untuk para pecinta cerpen ,kali ini saya membagikan sebuah cerpen karangan Siti Nurlatifah.
Reno terus berlari dengan kencang 2 menit lagi gerbang sekolah akan ditutup dia berlari sambil meruntuki dirinya sendiri, motor yang dibawanya mogok di tengah jalan dia lupa membawanya ke bengkel kemarin, tak terasa Reno sudah sampai di depan gerbang sekolah yang ternyata sudah tertutup rapat. Masih terengah- engah dia berjalan ke arah pos satpam.
“Pak, tolong Pak saya cuma telat 5 menit doang kok Pak,” Pak Satpam berkumis tebal berbadan tegap itu menggeleng tegas. “Kemarin kamu juga telat, sekarang telat lagi! Ngapain aja kamu? Nongkrong dulu?!” Reno menggeleng napasnya masih terengah-engah, demi apa pun dia tidak pernah nongkrong- nongkrong seperti anak remaja nakal zaman sekarang. Walaupun Reno bukan murid pandai di sekolah, namun dia akan tetap menuruti nasihat Ibunya untuk tidak melakukan pergaulan bebas.
“Pak saya nggak pernah nongkrong di mana pun, tolong Pak! Abis ini nggak lagi Pak.” Bapak satpam itu tetap tidak mau mendengarkan. Reno akhirnya menyerah namun dia masih tetap berdiri di depan gerbang sekolah dia berpikir keras. Tidak mungkin dia sekarang pulang pasti Ibunya akan berpikir yang macam-macam. Lalu kalau tidak pulang dia harus ke mana? ke rumah Reina? Tidak. Tidak mungkin dia ke rumah Reina Sedangkan sahabatnya itu ada di sekolah ini, sedang belajar.Saat Reno sedang berpikir, tiba-tiba saja mobil sedan hitam melintasinya. Lalu berhenti di depan gerbang, kaca mobil pengemudi itu dibuka ternyata dia Pak ‘Amir’ Pembina OSIS sekaligus guru matematika-nya. Pak satpam yang melihatnya langsung membuka gerbang sekolah dan mempersilahkan mobil itu masuk. Mobil itu pun kembali melaju masuk dan memarkirkannya. Reno terus memperhatikannya. Reno bergumam dalam hati. “Guru terlambat, pintu gerbang tetep dibuka, kalau murid terlambat harus rela-relain gak dibukain gerbang dan terpaksa harus absen di sekolah tanpa alasan. Sekolah ini aneh banget gimana murid mau disiplin kalau gurunya pun gak disiplin.” lalu Reno kembali berjalan ke arah pos satpam, belum sempat Reno berbicara pak satpam itu sudah menyambarnya.
“Mau apa lagi kamu?! Sudah sana nongkrong lagi sama teman-teman kamu!” Reno merasa geram dengan tuduhan pak satpam. “Pak! Saya gak pernah nongkrong di mana pun! Saya bukan murid brutal kayak yang bapak kira! motor saya mogok di jalan, terus saya nunggu angkutan umum gak ada yang lewat, jadi terpaksa saya jalan dan ninggalin motor saya di jalanan!” Dengan sedikit emosi Reno sedikit memberi penjelasan. Pak satpam itu terdiam sejenak, Reno menunggu jawaban Pak Satpam namun seperti pak satpam itu tidak ingin menjawab dan seolah dia tidak mendengar perkataan Reno. “Apa Bapak tahu kenapa Pak Amir terlambat?” Reno kembali berbicara. Pak Satpam itu menggeleng.“Kenapa Bapak bukain pintu gerbang buat Pak Amir yang jelas-jelas Bapak gak tahu Pak Amir terlambat karena apa, sedangkan buat saya yang alasannya masuk akal Bapak gak bukain pintu gerbang?” Pak satpam itu kembali terdiam lalu, “Pak Amir itu kan Guru dia harus ngajar di kelas,” kata Pak Satpam. “Jadi saya itu cuma murid biasa yang gak butuh belajar? Gimana kalau yang terlambat itu seluruh murid yang ada di sekolah ini? terus tiba-tiba ada guru yang terlambat juga, tapi dia tetep dibukain pintu gerbang. Apa alasan Bapak bukain pintu gerbang tetep ‘karena dia guru, harus mengajar di kelas’ terus siapa yang bakal dia ajar di kelas, sedangkan muridnya ada di luar gerbang semua?”
Pak satpam itu sedikit terkejut, namun dengan cepat wajahnya berubah menjadi datar kembali. Pak Satpam itu terlihat sedang berpikir. Lama sekali, Reno mendesah sebal. “Sudahlah percuma berbicara dengan pak tua yang gak ngerti apa-apa.” gumam Reno, lalu dia berbalik dan beranjak pergi dari tempat itu. Dia akan pergi mengambil motornya yang ia tinggalkan di jalan sebelum ada yang menderek motornya.
Hari Senin, Reno mencoba untuk tidak terlambat, dia sudah bangun pagi dan mengecek motornya memastikan motor itu tidak mogok lagi. Reno tersenyum saat dia sudah sampai di sekolahnya gerbang masih terbuka lebar, Reno langsung masuk ke dalam kelas. Tidak lama bel berbunyi, seluruh murid berhamburan ke luar kelas untuk melakukan upacara di halaman sekolah. Upacara pun berlangsung gaduh dan riuh, seperti biasa murid-murid susah sekali diatur sesekali guru piket memelototi murid yang berisik seketika mereka bungkam lalu kembali gaduh. ‘Amanat pembina upacara’ suara MC upacara terdengar nyaring dari speaker. Namun tetap saja murid-murid gaduh. “Mohon semuanya diam.” kata Pembina upacara. Reno memperhatikan guru-guru yang sedang mengikuti upacara, dia melihat ‘Pak Amir’ mengambil ponsel dari saku celananya dan memainkan ponsel itu.
“Reno! lihat deh Pak Amir! Masa guru nyontohin yang gak bener?” pekik Reina, Reno mengangguk setuju, lalu berkata, “Iya, gimana muridnya mau disiplin kalau gurunya aja nyontohin yang gak bener.” kali ini Reina yang mengangguk matanya masih melihat ke arah Pak Amir yang masih asik memainkan ponselnya. “Eh, tuh Pak Amir malah ngobrol sama guru yang lain. Huh semua guru sama aja, coba kalau murid yang ngobrol pasti diomelin,” “Iya Rein, kamu udah denger cerita aku kan? Tentang aku terlambat sekolah sampe gak dibukain pintu gerbang,” Reina mengangguk. “Iya, aku heran kenapa orang yang punya jabatan tinggi lebih disegani walau kelakuan dia gak sebagus jabatannya.” kata Reno, dia mulai menghiraukan upacara yang sedang berlangsung.“Itulah manusia Ren, mereka tuh terlalu fokus sama jabatan, yang sebenernya itu cuma cover aja, kayak misalnya pejabat- pejabat negara mereka terlihat berwibawa, ehh tenyata tetep aja korupsi di mana-mana. Ya walaupun gak semua pejabat kayak gitu sih,” Ucap Reina antusias. “Sebenenya ada apa ya sama negara kita Rein?” Reina menaikan bahunya. “Sedang dijajah oleh keegoisan mungkin.”
Lalu.. Kapan manusia akan menang melawan keegoisan diri mereka sendiri? Terlalu banyak manusia serakah yang mengharapkan jabatan dan kekayaan. Sehingga rakyat biasa dilupakan. Padahal rakyat biasa pun manusia. Ada apa dengan negara ini?Tamat
Cerpen Karangan: Siti Nurlatifah